Cari Blog Ini

Mukoddimah

Bismillahirrohmaninnrohim...

Kamis, 31 Januari 2013

Goodbye, my Fellow !!!

Stadion Siliwangi Bandung - Sumpah, Lyra sudah tidak tahan dengan ini semua. Nafas gadis itu menderu, dia menyandarkan dirinya di pagar sekitar pintu masuk stadion itu. Satu tangannya memegang satu botol air mineral dan sebelah tangannya yang bebas memegangi perutnya yang rasanya sangat kram. Lyra duduk sambil meluruskan kakinya, di sebelahnya Aira tak kalah lelah, muka putih Aira sudah pucat. Mengelilingi stadion Siliwangi sebesar itu rasanya lelah sekali. Dari empat putaran yang disyaratkan Lyra hanya berhasil menyelesaikan tiga putaran penuh. Aira dan Nea malah lebih parah, hanya dua setengah putaran.
Ga, kemaren kamu kayak gini enggak? Sumpah ini capek banget. Aku nggak kuat, Ga. Kamu kemana? Katanya mau bawain aku ikan mati biar aku larinya kenceng? Lyra memejamkan mata. Ia rindu pada sosok Gahara, penyemangat hidupnya. Tes fisik untuk Gahara, Idham, dan Dimas sudah selesai dua hari yang lalu, dan kemarin ketiga laki-laki itu sudah kembali ke kampung halaman mereka, Cirebon.
Aga, aku kangen...

"Ly, pulang yok, aku capek." Nea menyadarkan Lyra dari lamunannya. gadis itu sudah berdiri ddi hadapan Lyra.
"Langsung Cirebon yah." Lyra bangkit, sudah tak mampu lagi untuk membendung semua perasaannya. Kalut. Meskipun jaraknya kurang lima puluh meter lagi dari yang disyaratkan, tapi Lyra yakin, dia tidak akan lolos...

***
Cirebon, 10 Agustus - Tiga hari setelah tes itu selesai...

Pagi menjelang, Lyra sudah siap menyalakan sepeda motornya, dan bergegas menuju rumah Nea. Hari ini, nasibnya akan diputuskan, apakah ia dan kawan-kawannya diberi kesempatan lagi untuk melanjutkan tes ataukah terhenti. Lyra tau, kesempatan mereka untuk lolos mungkit sangat kecil, tapi sampai detik itu Lyra masih berharap semoga Tuhan memberikan keajaiban untuk mereka, paling tidak untuk Lyra sendiri.
Lyra memarkirkan motornya di halaman sebuah rumah yang luas. Dia tidak sendiri ternyata, Idham sudah menunggunya di rumah Nea sejam yang lalu.
"Lyra, Aira barusan sms aku. Pengumumannya sih udah ada, tapi yah..." nea menggantungkan ucapannya.
"tidak ada nama kita?" Lyra tersenyum, pas sekali ucapan itu "Kenapa menyerah, itu kan baru dari hape, belum liat langsung dari web kan? Barangkali sebenernya ada. Yuk ke warnet !"

***
Lyra menggigit bibir bawahnya kencang-kencang. Ini mimpi. Ini mimpi kan, Tuhan? Lyra lantas meninggalkan warnet itu seketika. Sekalipun dia sudah menebak nasibnya, tapi tetap saja dia kecewa atas hasilnya. Di sampingnya, Nea tak kalah kecewa, nelangsa malahan. Dia, Aira, dan Nea tidak lolos tes itu. Lyra tau, Aira tau, Nea juga tau, tapi tetap saja kenyataan itu menghancurkan hati mereka, terutama Nea.
Nea sampai tidak kuasa berdiri, dan jelas saja dia sampai meminta Idham untuk memboncengnya pulang.
Nea menangis. Idham dan Lyra tau, menjadi pegawai itu adalah impian Nea, dan mereka cukup mengerti seberapa besar kehancuran hati seorang Nea ketika impiannya harus berhenti hari ini.
Idham menghentikan motornya tiba-tiba di jalan kecil pinggiran sawah.
"Ly, kamu duluan aja deh, biar aku tenangin Nea dulu."
"Tapi kan...." Lyra merasa terabaikan, hey, taukah kalian kalo aku juga sama terlukanya dengan Nea? "Yaudah lah. Ati-ati yah. Nea aku pulang duluan." Lyra tancap gas, ngebut kadang membuat dirinya lebih tenang.
"Jangan nangis lagi. Impian kamu kan enggak cuma ini aja. Setelah ini kan kamu masih bisa jadi seorang guru, Nea." Idham menyentuh pipi Nea dan mengusap buliran bening yang meluncur dari mata Nea.
"Tapi kan kamu tau, Dham, ini impian aku. Aku nggak mau kuliah jadi guru, Dham."
"Kenapa? Karena nanti enggak sama aku lagi?" Idham tertawa melihat Nea yang langsung cemberut mendengar ucapannya. "Nea, sejauh apapun aku, kau akan selalu ada di hati aku karena aku mencintaimu. Love you."
Deg ! Jantung Nea sepertinya berhenti beberapa detik, kata-kata Idham barusan benar-benar membuat wajahnya panas, dan Nea yakin kalau saat ini wajahnya pasti sudah memerah.
"Pacaran yok, mau?" Nea hanya mengerjap-ngerjapkan matanya berkali-kali, tidak percaya atas apa yang Idham katakan barusan.
Tuhan... ini mimpi apa lagi?

***
Lyra menghentikan motornya cepat-cepat di pelataran rumahnya. Segera saja ia berlari menuju kamarnya, mengambil hape pink kesayangannya yang tergeletak begitu saja di tempat ridurnya. Tak sabar, Lyra segera mencari kontak seseorang. Perasaannya hari ini luar biasa kalut. Ia sedih luar biasa tapi ia juga bahagia karena Gahara lolos, dan Lyra ingin dia orang pertama yg memberitahukan Gahara soal ini.
"Halo, Aga, dimana?" ucap Lyra begitu seseorang menjawab teleponnya.
"Bandung, lagi tes kerja. Ada apa?" Lyra menghela nafas. Ucapan Gahara masih dingin terhadapnya.
"Aku cuma mau kasih kabar, kamu lulus tes fisik kemaren. Selamet yah. Tapi aku nggak lulus, Ga." Lyra ingin menangis. Lyra ingin menumpahkan segala perasaannya pada laki-laki yang amat dia cintai itu.
"Oh yaudah, makasih yah. Teleponnya entar aja, aku mau tes."
Huftt... Lyra berkali-kali menghela nafas ketika telepon itu dimatikan. Perlakuan Gahara masih sama dinginnya kepadanya. Lyra semakin yakin kalau Gahara tidak pernah mencintainya sama sekali.
Tuhan... ini cobaan apa lagi?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut

Bismillahirrohmanirrohimmm