Cari Blog Ini

Mukoddimah

Bismillahirrohmaninnrohim...

Kamis, 16 Agustus 2012

Separuh Aku (Song Fic)


Cast    : Jung Yong Hwa
             Park Shin Hye
             Jang Geun Suk
Genre  : Sad Romance, AU
Lenght : One shoot

Discalimer : Castnya cuma minjem nama. Kisah ini asli imajinasi aku. Inspirated from NOAH, Separuh Aku. Ii Songfic pertama yang aku. buat. Maaf kalo ga jelas.
-Happy Reading-


Yonghwa POV

Aku baru saja menyelesaikan tugas kuliahku. Lelah sekali rasanya mengerjakan tugas yang menumpuk sebegitu banyaknya. Aku rebahkan tubuhku ke kasur tercinta yang menemaniku setiap malamnya. Lega sekali rasanya. Ah, nikmatnya... Ditambah suasana langit yang begitu indahnya, hatiku merasa sangat tenang.
Kring..
Handphone kesayanganku berdering. Satu sms masuk. Aku kaget ketika membaca nama pengirim sms itu. Shinhye? Tumben dia sms aku. Bukankah setelah dia bertunangan dengan Geunsuk Hyung dia seperti melupakan aku?

Ottokhae, Yonggie? Oppa jahat. Dia bilang dia berselingkuh dengan teman kerjanya. Sampai di luar batas. Ottokhae? Aku sangat mencintainya, Yong.

Omo !!! Apa yang Shinhye bilang? Hyung selingkuh sampai di luar batas? Sejauh mana?

Dan terjadi lagi kisah lama yang terulang kembali...
Kau terluka lagi dari cinta rumit yang kau jalani...

Aku yakin, jauh di sana Shinhye sedang menangis. Ah, anak ini... Bukankah aku sudah bilang bahwa Hyung bukan yang terbaik. Bukankah dulu setelah satu kali Shinhye memergoki dia selingkuh, aku sudah mengatakan untuk menjauhi hyung? Cinta... Kenapa selalu rumit begini. Ah, Shinhye... Cinta Pertamaku, kenapa begini jadinya? Perasaanku langsung sedih. Sungguh biarpun aku kecewa karena Shinhye lebih memilih hyung, tapi aku tidak pernah menginginkan kejadian yang seperti ini. Aku cepat-cepat mengambil handphoneku, lantas menelepon Shinhye sekarang juga.
Satu kali, tidak ada jawaban...
Dua kali, tidak ada jawaban juga...
Shinhye, dimana kamu? Semoga kamu tidak nekat. Aku langsung khawatir padanya. Aku tahu, Shinhye amat mencintai hyung. Bahkan mereka sudah bertunangan. Aku khawatir Shinhye akan mengambil jalan pintas untuk mengakhiri semuanya.
Aku ingin kau merasa kamu mengerti aku mengerti kamu...
Aku ingin kau sadari cintamu bukanlah dia...
Dengar laraku... Suara hati ini memanggil namamu
Karena separuh aku, dirimu...

Tiga kali...
“Yonggie...” Suara Shinhye parau. Aku yakin sudah lama dia menangis.
“Gwenchana, Shinhye-ah. Semuanya akan baik-baik aja. Ada aku di sini.” Shinhye hanya menangis. Aku menggigit bibir kencang. Menahan tangis yang hampir meledak mendengar kesedihan orang yang amat aku cintai di seberang sana. “Dimana kamu?” Tidak ada jawaban. Shinhye hanya menangis... Terisak pelan, tersedu. Baru kali ini aku mendengarnya menangis lagi, memilukan sekali. Aku memejamkan mata... “Shinhye-ah, dimana?”
“Apartement, Yong” Shinhye terbata. Aku bergegas menujunya. Berlari sekencangnya, menyetir sekencangnya. Berharap akan cepat menemukan gadis itu. Shinhye, tunggu...


“Shinhye-ah, buka pintunya !!!” Aku kalap. Sudah sepuluh kali aku mengetuk pintunya, tapi tidak juga dibuka. Aku semakin khawatir akan keadaan Shinhye.
“Shinhye !!! Buka, ini aku Yonghwa. Aku mohon bukakan pintunya !!!” Wajahku memanas. Jujur, aku sangat khawatir padanya. Tak ada jalan lain, aku harus mendobrak pintu ini.
Satu kali...
Dua kali...
Tiga kali...
Ah, sulitnya... Tuhan aku mohon bantu aku. Aku memohon sungguh-sungguh pada Tuhan agar pintu ini terbuka.
Empat kali...
Ah, akhirnya... Tuhan terima kasih. Aku langsung berlari mencari sosok Shinhye.
“Shinhye-ah, dimana kamu?” Tak ada suara. Aku terus mencarinya sampai ke semua sudut ruangan. Aku kalap. Shinhye tak ada dimanapun. Oh, Tuhan... Dimana ia? Aku putus asa.
Ah, satu pintu lagi belum terbuka. Kamar mandi. Semoga dia ada di sana. Aish... Dikunci.
“Shinhye-ah, kamu di dalam?” Aku semakin panas. Sungguh aku mengkhawatirkan keadaannya. “Shinhye-ah” Sekuat tenaga aku dobrak pintu itu lagi.
Oh, Tuhan... Shinhye... Satu bulir air mataku jatuh. Kaget melihat Shinhye yang menangis sambil terus berusaha untuk menenggelamkan dirinya ke dalam bathtub yang terisi air penuh.
“Shinhye, jangan begini.” Aku meraih tubuhnya... Ia lemah. Mungkin sudah lama ia melakukan ini. Wajahnya merah. Matanya lebam. Aku yakin dia pasti sudah sangat menderita. Aku mengangkatnya lalu merengkuhnya dalam dekapanku.
“Aku di sini, Shinhye... Aku di sini...” Aku tak mampu membendung air mataku lagi. Sungguh, aku tak sanggup menahan tangis lebih lama. Aku menangis bersamanya...
Oh, Tuhan... aku mohon jangan begini...
Kuada di sini
Pahamilah kau tak pernah sendiri
Karena aku slalu di dekatmu saat engkau terjatu
“Shinhye-ah, kajja” Aku menggenggam erat tangan Shinhye. Hari ini, dia ulang tahun. Sudah 4 bulan berlalu sejak peristiwa itu. Shinhye sudah kembali seperti dulu. Shinhye yang ceria. Hari ini aku akan mengajaknya berjalan-jalan. Sekalian memberikan apa saja yang dia mau.
Dia tersenyum. Sungguh aku amat menyukai senyumnya. Semoga, sudah tidak ada lagi Geunsuk di hatinya. Semoga hatinya sudah mulai terbuka.
Aku membawanya ke sebuah danau yang indah. Aku tahu, Shinhye amat menyukai danau. Air mengalir, pepohonan yang rindang, suara burung, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan alam.
“Yong, ini indah... Gomawo” Shinhye tersenyum riang. Ia berlari menuju tepi danau. Ia merentangkan tangannya lebar-lebar. Berteriak sesukanya. Aku suka dia yang seperti ini. Shinhye yang penuh semangat. Semoga memang sudah tidak ada lagi kenangan itu di benaknya.
“Shinjye-ah”
“Hmm...” Shinhye menggoyang-goyangkan kakinya di air. Merasakan indahnya danau itu. Kami duduk di jembatan kayu yang sengaja dibuat untuk tempat bersandarnya perahu.
“Aku senang melihatmu tersenyum begini.”
Shinhye menoleh ke arahku yang duduk di sampingnya. Dia tersenyum. Cantik sekali. “Hidup itu terus berjalan, Yong. Bukan berhenti begitu apa yang kita miliki hilang. Sekalipun Oppa pergi, tapi setidaknya aku masuih punya kamu, Yong.”
Deg !!! jantungku berdegup kencang mendengar kata-katanya. Masih punya aku?
“Shinhye-ah... bisakah aku menggantikan posisi Geunsuk di hatimu?”
“Mwo?” Dia menatapku lakat...
“Saranghae, Shinhye. Aku ingin menjadi namjachingumu. Bolehkah?” Wajahku memerah. Ah, kata-kata ini, baru kali ini aku bisa mengucapkannya. Kata-kata yang sudah aku tahan sejak bertahun-tahun yang lalu.
Shinhye memalingkan wajahnya dariku. Kembali memandang hamparan danau. Ia tersenyum.
“Waeyo? Lucu kah? Bukankah aku ini firstlove kamu? Ah, firstlove yang tidak berguna yah. Mianhae karena sudah tidak memperdulikanmu waktu itu. Mianhe karna baru mampu mengatakannya sekarang.” Shinhye hanya tertawa.
“Aniyo, Yonggi” Matanya menerawang jauh, “Nado saranghae... Jeongmal saranghae. Hanya saja aku belum siap untuk sakit hati lagi ketika ternyata kita tidak ditakdirkan bersama sementara aku sudah sangat mencintaimu. Sementara aku tau, kamu dan aku masih harus menyelesaikan sekolah kita.” Shinhye menoleh kearahku, tersenyum. Lantas ia berdiri. “Aku lebih suka begini. Menjadi sahabatmu. Jika nanti Tuhan berkehendak kita berjodoh, kita pati bersama. Kajja. Aku ingin es krim” Shinhye menarik tanganku untuk pergi. Aku mengerti perasaanmu, Shinhye. Tunggu aku, aku pasti akan berusaha untuk membahagiakanmu.
Aku ingin kau merasa kamu mengerti aku mengerti kamu
Aku ingin kau pahami cintamu bukanlah dia...

Matahari sudah memerah. Hampir tenggelam. Komplek Myeongdong sudah sangat ramai. Aku berjalan sambil terus memegangi tangan Shinhye. Aku hanya ingin menjaganya, sekalipun dia bukan yeojachinguku.
“Yonggie, aku pengen es krim” Shinhye mengeluarkan senyum terbaiknya. Ah, Shinhye... kenapa harus begini?
“Hmm... Baiklah. Kau tunggu di sini yah.” Aku menyuruhnya untuk menunggu di depan toko es krim.
“jangan lama-lama, Yong” Shinhye melambaikan tangannya. Manis sekali.
“Chamkamannyo” Aku pergi meninggalkan dia sendiri. Memasuki kedai es krim yang tak jauh dari tempat Shinhye menunggu.
“Gomawo, ahjumma” Satu buah rainbow ice cream dan hazelnut ice cream telah ada di genggamanku. Aku terseneyum. Dia pasti senang dengan ice cream ini. Semoga membuatnya semakin ceria.
CKIIITTT... BRUKKKK
Oh, Tuhan... aku menjatuhkan es krim yang aku pegang... Seketika...

Author POV
“chamkamannyo.” Yonghwa meninggalkan Shinhye sendirian di depan kedai es krim sementara dia membeli dua es krim untuk Shinhye.
Shinhye mengedarkan pandangannya ke arah jalanan. Jalanan ini sungguh ramai. Banyak sekali yang berlalu lalang. Pandangan mata Shinhye terhenti ketika ia melihat seorang namja yang ia kenal baik sedang menyeberang jalan sementara dari arah sampingnya ada sebuah truk yang melaju kencang.
“OPPAAAAAAA” Shinhye berteriak, seketika berlari ke arah namja itu.
CKIIITTT BRUUKKK
Namja itu terguling. Tidak... Dia tidak tertabrak, ada seseorang yang mendorongnya ke tepi. Namja itu bangun, dan menyadari seseorang telah tergeletak tak berdaya di tengah jalan dengan darah yang mengalir deras dari kepalanya. Shinhye yang tertabrak truk itu.
Yonghwa yang baru saja keluar dari kedai es krim langsung menjatuhkan es krimnya seketika saat ia melihat yeoja yang amat dicintainya berdarah-darah di tengah jalan. Dia berlari ke arah yeoja itu. Air matanya mulai menetes. Ia terlambat. Yeoja itu sudah berada dalam pelukan namja lain. Yonghwa hanya mematung di dekat Shinhye, menyaksikan Shinhye dipeluk oleh Geunsuk, namja yang ditolong Shinhye tadi.
“Oppa... Gwenchana?” Shinhye terbata-bata. Nafasnya satu-satu. Geunsuk mulai menangis sambil trus mendekap Shinhye yang terluka parah.
“mian... mi..an..hae, op..opppa” Airmata Shinhye mengalir, suaranya mulai tak terdengar jelas. “Naega.. tid..dak.. bissa.. jaa..di.. gu..ard..dian..angel bu..at.. oppa” Nafas gadis itu satu-satu... “Saranghae, Oppa” Tangan Shinhye terkualai lemah. Shinhye pergi. Selesai sudah tugasnya sebagai guardian angel untuk Geunsuk. Geunsuk menangis seketika, berteriak sekencang-kencangnya. Sementara Yonghwa hanya berdiri sambil terus menahan tangisnya. Hatinya sangat sakit melihat ini semua.
Dengar laraku...
Suara hati ini memanggil namamu
Karena separuh aku, dirimu....

Yonghwa POV
Satu persatu orang pergi meninggalkan tempat peristirahatan terakhir Shinhye. Pemakaman sudah mulai sepi. Hanya tersisa aku dan Geunsuk. Aku benci melihatnya. Sungguh, aku sangat benci melihatnya. Setelah menghancurkan Shinhye, dia malah membuat Shinhye pergi untuk selama-lamanya.
“Shinhye-ah... Mianhae... Mianhae.. Mianhae telah membuatmu terluka. Mianhae Shinhye...” Aku tau, Geunsuk pasti menyesal telah berbuat seperti itu kepada Shinhye. Dia sesenggukan sambil terus memeluk nisan Shinhye. Tapi sungguh, aku benci. Sangat benci melihat tingkahnya.
Aku menuju ke arahnya. Amarahku telah sampai puncak. Aku tidak bisa diam lagi. Cukup untuk semua ini. Aku mendekatinya, mengangkatnya dengan paksa.
BUKK !!! Aku memukulnya, sekali untuk Shinhye yang kau lukai
BUKK !!! aku memukulnya lagi, tepat mengenai wajahnya, dua kali, untuk hidup Shinhye yang hancur
BUKK !!! Tiga kali, aku memukul perutnya, ini untuk lukaku karna harus kehilangan yeoja yang paling aku sayangi.
Cukup tiga kali, aku yakin dia pasti kesakitan. Aku langsung mendorongnya ke tanah. Aku hanya pergi begitu saja, tanpa pernah perduli apa yang terjadi padanya.
Mianhaae, Shinhye-ah...
Dengar laraku...
Suara hati ini memanggil namamu
Karena separuh aku menyentuh laramu...
Semua lukamu tlah menjadi lirihku
Karena separuh aku, dirimu...

-END-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut

Bismillahirrohmanirrohimmm