Cast : Jung Yong Hwa
Park Shin Hye
Jang Geun Suk
Genre : Sad Romance, AU
Lenght : One shoot
Discalimer : Castnya cuma minjem nama. Kisah ini asli imajinasi aku. Inspirated from NOAH, Separuh Aku. Ii Songfic pertama yang aku. buat. Maaf kalo ga jelas.
-Happy Reading-
Yonghwa POV
Aku baru saja menyelesaikan tugas kuliahku. Lelah sekali rasanya
mengerjakan tugas yang menumpuk sebegitu banyaknya. Aku rebahkan tubuhku ke
kasur tercinta yang menemaniku setiap malamnya. Lega sekali rasanya. Ah,
nikmatnya... Ditambah suasana langit yang begitu indahnya, hatiku merasa sangat
tenang.
Kring..
Handphone kesayanganku berdering. Satu sms masuk. Aku kaget ketika
membaca nama pengirim sms itu. Shinhye? Tumben dia sms aku. Bukankah setelah
dia bertunangan dengan Geunsuk Hyung dia seperti melupakan aku?
Ottokhae,
Yonggie? Oppa jahat. Dia bilang dia berselingkuh dengan teman kerjanya. Sampai
di luar batas. Ottokhae? Aku sangat mencintainya, Yong.
Omo !!! Apa yang Shinhye bilang? Hyung selingkuh sampai di luar
batas? Sejauh mana?
Dan terjadi lagi kisah lama yang terulang
kembali...
Kau terluka lagi dari cinta rumit yang kau
jalani...
Aku yakin, jauh di sana Shinhye sedang menangis. Ah, anak ini...
Bukankah aku sudah bilang bahwa Hyung bukan yang terbaik. Bukankah dulu setelah
satu kali Shinhye memergoki dia selingkuh, aku sudah mengatakan untuk menjauhi
hyung? Cinta... Kenapa selalu rumit begini. Ah, Shinhye... Cinta Pertamaku,
kenapa begini jadinya? Perasaanku langsung sedih. Sungguh biarpun aku kecewa
karena Shinhye lebih memilih hyung, tapi aku tidak pernah menginginkan kejadian
yang seperti ini. Aku cepat-cepat mengambil handphoneku, lantas menelepon
Shinhye sekarang juga.
Satu kali, tidak ada jawaban...
Dua kali, tidak ada jawaban juga...
Shinhye, dimana kamu? Semoga kamu tidak nekat. Aku langsung khawatir
padanya. Aku tahu, Shinhye amat mencintai hyung. Bahkan mereka sudah
bertunangan. Aku khawatir Shinhye akan mengambil jalan pintas untuk mengakhiri
semuanya.
Aku ingin kau merasa kamu mengerti aku mengerti
kamu...
Aku ingin kau sadari cintamu bukanlah dia...
Dengar laraku... Suara hati ini memanggil
namamu
Karena separuh aku, dirimu...
Tiga kali...
“Yonggie...” Suara Shinhye parau. Aku yakin sudah lama dia menangis.
“Gwenchana, Shinhye-ah. Semuanya akan baik-baik aja. Ada aku di
sini.” Shinhye hanya menangis. Aku menggigit bibir kencang. Menahan tangis yang
hampir meledak mendengar kesedihan orang yang amat aku cintai di seberang sana.
“Dimana kamu?” Tidak ada jawaban. Shinhye hanya menangis... Terisak pelan,
tersedu. Baru kali ini aku mendengarnya menangis lagi, memilukan sekali. Aku
memejamkan mata... “Shinhye-ah, dimana?”
“Apartement, Yong” Shinhye terbata. Aku bergegas menujunya. Berlari
sekencangnya, menyetir sekencangnya. Berharap akan cepat menemukan gadis itu.
Shinhye, tunggu...
“Shinhye-ah, buka pintunya !!!” Aku kalap. Sudah sepuluh kali aku
mengetuk pintunya, tapi tidak juga dibuka. Aku semakin khawatir akan keadaan
Shinhye.
“Shinhye !!! Buka, ini aku Yonghwa. Aku mohon bukakan pintunya !!!”
Wajahku memanas. Jujur, aku sangat khawatir padanya. Tak ada jalan lain, aku
harus mendobrak pintu ini.
Satu kali...
Dua kali...
Tiga kali...
Ah, sulitnya... Tuhan aku mohon bantu aku. Aku memohon
sungguh-sungguh pada Tuhan agar pintu ini terbuka.
Empat kali...
Ah, akhirnya... Tuhan terima kasih. Aku langsung berlari mencari
sosok Shinhye.
“Shinhye-ah, dimana kamu?” Tak ada suara. Aku terus mencarinya
sampai ke semua sudut ruangan. Aku kalap. Shinhye tak ada dimanapun. Oh,
Tuhan... Dimana ia? Aku putus asa.
Ah, satu pintu lagi belum terbuka. Kamar mandi. Semoga dia ada di
sana. Aish... Dikunci.
“Shinhye-ah, kamu di dalam?” Aku semakin panas. Sungguh aku
mengkhawatirkan keadaannya. “Shinhye-ah” Sekuat tenaga aku dobrak pintu itu
lagi.
Oh, Tuhan... Shinhye... Satu bulir air mataku jatuh. Kaget melihat
Shinhye yang menangis sambil terus berusaha untuk menenggelamkan dirinya ke dalam
bathtub yang terisi air penuh.
“Shinhye, jangan begini.” Aku meraih tubuhnya... Ia lemah. Mungkin
sudah lama ia melakukan ini. Wajahnya merah. Matanya lebam. Aku yakin dia pasti
sudah sangat menderita. Aku mengangkatnya lalu merengkuhnya dalam dekapanku.
“Aku di sini, Shinhye... Aku di sini...” Aku tak mampu membendung
air mataku lagi. Sungguh, aku tak sanggup menahan tangis lebih lama. Aku
menangis bersamanya...
Oh, Tuhan... aku mohon jangan begini...
Kuada di sini
Pahamilah kau tak pernah sendiri
Karena aku slalu di dekatmu saat engkau terjatu
“Shinhye-ah, kajja” Aku menggenggam erat tangan Shinhye. Hari ini,
dia ulang tahun. Sudah 4 bulan berlalu sejak peristiwa itu. Shinhye sudah
kembali seperti dulu. Shinhye yang ceria. Hari ini aku akan mengajaknya
berjalan-jalan. Sekalian memberikan apa saja yang dia mau.
Dia tersenyum. Sungguh aku amat menyukai senyumnya. Semoga, sudah
tidak ada lagi Geunsuk di hatinya. Semoga hatinya sudah mulai terbuka.
Aku membawanya ke sebuah danau yang indah. Aku tahu, Shinhye amat
menyukai danau. Air mengalir, pepohonan yang rindang, suara burung, dan segala
sesuatu yang berhubungan dengan alam.
“Yong, ini indah... Gomawo” Shinhye tersenyum riang. Ia berlari
menuju tepi danau. Ia merentangkan tangannya lebar-lebar. Berteriak sesukanya.
Aku suka dia yang seperti ini. Shinhye yang penuh semangat. Semoga memang sudah
tidak ada lagi kenangan itu di benaknya.
“Shinjye-ah”
“Hmm...” Shinhye menggoyang-goyangkan kakinya di air. Merasakan
indahnya danau itu. Kami duduk di jembatan kayu yang sengaja dibuat untuk
tempat bersandarnya perahu.
“Aku senang melihatmu tersenyum begini.”
Shinhye menoleh ke arahku yang duduk di sampingnya. Dia tersenyum.
Cantik sekali. “Hidup itu terus berjalan, Yong. Bukan berhenti begitu apa yang
kita miliki hilang. Sekalipun Oppa pergi, tapi setidaknya aku masuih punya
kamu, Yong.”
Deg !!! jantungku berdegup kencang mendengar kata-katanya. Masih
punya aku?
“Shinhye-ah... bisakah aku menggantikan posisi Geunsuk di hatimu?”
“Mwo?” Dia menatapku lakat...
“Saranghae, Shinhye. Aku ingin menjadi namjachingumu. Bolehkah?”
Wajahku memerah. Ah, kata-kata ini, baru kali ini aku bisa mengucapkannya.
Kata-kata yang sudah aku tahan sejak bertahun-tahun yang lalu.
Shinhye memalingkan wajahnya dariku. Kembali memandang hamparan
danau. Ia tersenyum.
“Waeyo? Lucu kah? Bukankah aku ini firstlove kamu? Ah, firstlove
yang tidak berguna yah. Mianhae karena sudah tidak memperdulikanmu waktu itu.
Mianhe karna baru mampu mengatakannya sekarang.” Shinhye hanya tertawa.
“Aniyo, Yonggi” Matanya menerawang jauh, “Nado saranghae... Jeongmal
saranghae. Hanya saja aku belum siap untuk sakit hati lagi ketika ternyata kita
tidak ditakdirkan bersama sementara aku sudah sangat mencintaimu. Sementara aku
tau, kamu dan aku masih harus menyelesaikan sekolah kita.” Shinhye menoleh
kearahku, tersenyum. Lantas ia berdiri. “Aku lebih suka begini. Menjadi
sahabatmu. Jika nanti Tuhan berkehendak kita berjodoh, kita pati bersama.
Kajja. Aku ingin es krim” Shinhye menarik tanganku untuk pergi. Aku mengerti
perasaanmu, Shinhye. Tunggu aku, aku pasti akan berusaha untuk membahagiakanmu.
Aku ingin kau merasa kamu mengerti aku mengerti
kamu
Aku ingin kau pahami cintamu bukanlah dia...
Matahari sudah memerah. Hampir tenggelam. Komplek Myeongdong sudah
sangat ramai. Aku berjalan sambil terus memegangi tangan Shinhye. Aku hanya
ingin menjaganya, sekalipun dia bukan yeojachinguku.
“Yonggie, aku pengen es krim” Shinhye mengeluarkan senyum
terbaiknya. Ah, Shinhye... kenapa harus begini?
“Hmm... Baiklah. Kau tunggu di sini yah.” Aku menyuruhnya untuk
menunggu di depan toko es krim.
“jangan lama-lama, Yong” Shinhye melambaikan tangannya. Manis
sekali.
“Chamkamannyo” Aku pergi meninggalkan dia sendiri. Memasuki kedai es
krim yang tak jauh dari tempat Shinhye menunggu.
“Gomawo, ahjumma” Satu buah rainbow ice cream dan hazelnut ice cream
telah ada di genggamanku. Aku terseneyum. Dia pasti senang dengan ice cream
ini. Semoga membuatnya semakin ceria.
CKIIITTT...
BRUKKKK
Oh, Tuhan... aku menjatuhkan es krim yang aku
pegang... Seketika...
Author POV
“chamkamannyo.” Yonghwa meninggalkan Shinhye sendirian di depan
kedai es krim sementara dia membeli dua es krim untuk Shinhye.
Shinhye mengedarkan pandangannya ke arah jalanan. Jalanan ini
sungguh ramai. Banyak sekali yang berlalu lalang. Pandangan mata Shinhye
terhenti ketika ia melihat seorang namja yang ia kenal baik sedang menyeberang
jalan sementara dari arah sampingnya ada sebuah truk yang melaju kencang.
“OPPAAAAAAA” Shinhye berteriak, seketika berlari ke arah namja itu.
CKIIITTT
BRUUKKK
Namja itu terguling. Tidak... Dia tidak tertabrak, ada seseorang
yang mendorongnya ke tepi. Namja itu bangun, dan menyadari seseorang telah
tergeletak tak berdaya di tengah jalan dengan darah yang mengalir deras dari
kepalanya. Shinhye yang tertabrak truk itu.
Yonghwa yang baru saja keluar dari kedai es krim langsung
menjatuhkan es krimnya seketika saat ia melihat yeoja yang amat dicintainya
berdarah-darah di tengah jalan. Dia berlari ke arah yeoja itu. Air matanya
mulai menetes. Ia terlambat. Yeoja itu sudah berada dalam pelukan namja lain.
Yonghwa hanya mematung di dekat Shinhye, menyaksikan Shinhye dipeluk oleh
Geunsuk, namja yang ditolong Shinhye tadi.
“Oppa... Gwenchana?” Shinhye terbata-bata. Nafasnya satu-satu.
Geunsuk mulai menangis sambil trus mendekap Shinhye yang terluka parah.
“mian... mi..an..hae, op..opppa” Airmata Shinhye mengalir, suaranya
mulai tak terdengar jelas. “Naega.. tid..dak.. bissa.. jaa..di..
gu..ard..dian..angel bu..at.. oppa” Nafas gadis itu satu-satu... “Saranghae,
Oppa” Tangan Shinhye terkualai lemah. Shinhye pergi. Selesai sudah tugasnya
sebagai guardian angel untuk Geunsuk. Geunsuk menangis seketika, berteriak
sekencang-kencangnya. Sementara Yonghwa hanya berdiri sambil terus menahan
tangisnya. Hatinya sangat sakit melihat ini semua.
Dengar laraku...
Suara hati ini memanggil namamu
Karena separuh aku, dirimu....
Yonghwa POV
Satu persatu orang pergi meninggalkan tempat peristirahatan terakhir
Shinhye. Pemakaman sudah mulai sepi. Hanya tersisa aku dan Geunsuk. Aku benci
melihatnya. Sungguh, aku sangat benci melihatnya. Setelah menghancurkan
Shinhye, dia malah membuat Shinhye pergi untuk selama-lamanya.
“Shinhye-ah... Mianhae... Mianhae.. Mianhae telah membuatmu terluka.
Mianhae Shinhye...” Aku tau, Geunsuk pasti menyesal telah berbuat seperti itu
kepada Shinhye. Dia sesenggukan sambil terus memeluk nisan Shinhye. Tapi
sungguh, aku benci. Sangat benci melihat tingkahnya.
Aku menuju ke arahnya. Amarahku telah sampai puncak. Aku tidak bisa
diam lagi. Cukup untuk semua ini. Aku mendekatinya, mengangkatnya dengan paksa.
BUKK !!! Aku memukulnya, sekali untuk Shinhye yang kau lukai
BUKK !!! aku memukulnya lagi, tepat mengenai wajahnya, dua kali,
untuk hidup Shinhye yang hancur
BUKK !!! Tiga kali, aku memukul perutnya, ini untuk lukaku karna
harus kehilangan yeoja yang paling aku sayangi.
Cukup tiga kali, aku yakin dia pasti kesakitan. Aku langsung
mendorongnya ke tanah. Aku hanya pergi begitu saja, tanpa pernah perduli apa
yang terjadi padanya.
Mianhaae, Shinhye-ah...
Dengar laraku...
Suara hati ini memanggil namamu
Karena separuh aku menyentuh laramu...
Semua lukamu tlah menjadi lirihku
Karena separuh aku, dirimu...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar